Ini Jawaban Menyentuh Sang Imam, Yang Tidak Lari Saat Gempa Lombok
Ini Jawaban Menyentuh Sang Imam, Yang Tidak Lari Saat Gempa Lombok
Duka masih terasa atas musibah gempa yang mengguncang Lombok pada Minggu, 5 Agustus 2018 kemarin. Gempa sebesar 7.0 SR terjadi di distrik Lombok, bahkan ada peringatan tsunami pada pukul 18.48 WITA. Semua masyarakat panik dan cemas dengan datangnya tsunami, tetapi peringatan tsunami akhirnya ditarik keluar oleh BMKG.

Walau begitu, sampai hari ini musibah gempa sudah memakan korban jiwa yang tak sedikit. Ada 105 korban meninggal dunia. Mereka yang menjadi korban, tak sempat mengamankan diri ketika gempa berlangsung. Goncangan gempa memang paling kuat, sampai terasa hingga ke Pulau Bali.
Ini diperlihatkan dengan sejumlah video yang beredar ketika berlangsungnya gempa. Salah satu video yang diunggah dan menjadi viral mengindikasikan bagaimana dahsyatnya guncangan gempa di suatu Masjid As Syuhada dan bertempat di Denpasar, Bali.
Tampak dalam video yang viral itu, keadaan salat Isya' sedang berlangsung. Tiba-tiba, terjadi guncangan gempa. Namun ketika guncangan terjadi, Imam itu terus mengawal salatnya dan tak putus melantunkan bacaan ayat kursi walaupun tubuhnya bergoyang kencang. Beberapa makmum di belakang imam nampak berlarian ketakutan tertimpa bangunan atap.
Seperti lansiran dari viva.co.id, menurut pernyataan seorang pengurus masjid tersebut, Imam yang memimpin salat ketika gempa mempunyai nama Syekh Arafat, berasal dari negara Yaman. Pengurus masjid sengaja memasang kamera memang guna merekam dan mengabadikan suara imam yang estetis dan merdu. Tak terdapat maksud apapun, pengurus masjid hanya ingin berbagi lantunan merdu suara sang Imam Syekh Arafat.
Ketika tahu videonya viral di masyarakat, Syekh Arafat memilih tak ingin menemui media. Dirinya cemas akan terselip riya' bilamana membahas mengenai hal ini. Karena ia sendiri tak menyadari, bila dirinya direkam ketika memimpin salat Isya waktu itu. Saat goncangan hebat terjadi, Syekh Arafat spontan melantunkan ayat kursi dan mengulang sejumlah kali kalimat ayat kesatu.
Namun, pengurus masjid yang mempunyai nama Ipung sempat bertanya pada sang Imam, usai ibadah salat Isya' dan gempa telah reda. Ia bertanya, "kenapa Syekh Arafat tak melarikan diri? dan tetap menegakkan salat?"
Jawaban Syekh Arafat, ternyata menciptakan hati tersentuh. Beliau mengatakan, "sebagai Muslim anda wajib memberikan nyawa anda pada Allah SWT. Dan saat tersebut saya ialah Imam sampai-sampai wajib menjaga salat sampai selesai. Berdasarkan keterangan dari Syekh Arafat, gempa ini tidak seberapa bila dikomparasikan kepanikan anda di Yaumil Akhir nanti."
Jleb! Rasanya menohok hingga ke ulu hati. Pada hakikatnya, mengapa insan takut bakal mati, andai akhirnya pun ngantri. Dan pertanggung jawaban setelah mati itulah yang lebih pedih.
Masjid As Syuhada sendiri, tidak mengalami kehancuran berat walau guncangan gempa lumayan kuat. Hanya terjadi keretakan di bagian lantai masjid. Uluran pertolongan dan doa paling dibutuhkan untuk saudara anda di Lombok. Semoga musibah yang melanda dapat jadi renungan diri, bahwa insan tak layak melangit. Karena di atas langit masih terdapat langit, Tuhan hanya sedikit menegur, supaya hamba-Nya berbenah. Wallahu a'lam.
Duka masih terasa atas musibah gempa yang mengguncang Lombok pada Minggu, 5 Agustus 2018 kemarin. Gempa sebesar 7.0 SR terjadi di distrik Lombok, bahkan ada peringatan tsunami pada pukul 18.48 WITA. Semua masyarakat panik dan cemas dengan datangnya tsunami, tetapi peringatan tsunami akhirnya ditarik keluar oleh BMKG.
Walau begitu, sampai hari ini musibah gempa sudah memakan korban jiwa yang tak sedikit. Ada 105 korban meninggal dunia. Mereka yang menjadi korban, tak sempat mengamankan diri ketika gempa berlangsung. Goncangan gempa memang paling kuat, sampai terasa hingga ke Pulau Bali.
Ini diperlihatkan dengan sejumlah video yang beredar ketika berlangsungnya gempa. Salah satu video yang diunggah dan menjadi viral mengindikasikan bagaimana dahsyatnya guncangan gempa di suatu Masjid As Syuhada dan bertempat di Denpasar, Bali.
Tampak dalam video yang viral itu, keadaan salat Isya' sedang berlangsung. Tiba-tiba, terjadi guncangan gempa. Namun ketika guncangan terjadi, Imam itu terus mengawal salatnya dan tak putus melantunkan bacaan ayat kursi walaupun tubuhnya bergoyang kencang. Beberapa makmum di belakang imam nampak berlarian ketakutan tertimpa bangunan atap.
Seperti lansiran dari viva.co.id, menurut pernyataan seorang pengurus masjid tersebut, Imam yang memimpin salat ketika gempa mempunyai nama Syekh Arafat, berasal dari negara Yaman. Pengurus masjid sengaja memasang kamera memang guna merekam dan mengabadikan suara imam yang estetis dan merdu. Tak terdapat maksud apapun, pengurus masjid hanya ingin berbagi lantunan merdu suara sang Imam Syekh Arafat.
Ketika tahu videonya viral di masyarakat, Syekh Arafat memilih tak ingin menemui media. Dirinya cemas akan terselip riya' bilamana membahas mengenai hal ini. Karena ia sendiri tak menyadari, bila dirinya direkam ketika memimpin salat Isya waktu itu. Saat goncangan hebat terjadi, Syekh Arafat spontan melantunkan ayat kursi dan mengulang sejumlah kali kalimat ayat kesatu.
Namun, pengurus masjid yang mempunyai nama Ipung sempat bertanya pada sang Imam, usai ibadah salat Isya' dan gempa telah reda. Ia bertanya, "kenapa Syekh Arafat tak melarikan diri? dan tetap menegakkan salat?"
Jawaban Syekh Arafat, ternyata menciptakan hati tersentuh. Beliau mengatakan, "sebagai Muslim anda wajib memberikan nyawa anda pada Allah SWT. Dan saat tersebut saya ialah Imam sampai-sampai wajib menjaga salat sampai selesai. Berdasarkan keterangan dari Syekh Arafat, gempa ini tidak seberapa bila dikomparasikan kepanikan anda di Yaumil Akhir nanti."
Jleb! Rasanya menohok hingga ke ulu hati. Pada hakikatnya, mengapa insan takut bakal mati, andai akhirnya pun ngantri. Dan pertanggung jawaban setelah mati itulah yang lebih pedih.
Masjid As Syuhada sendiri, tidak mengalami kehancuran berat walau guncangan gempa lumayan kuat. Hanya terjadi keretakan di bagian lantai masjid. Uluran pertolongan dan doa paling dibutuhkan untuk saudara anda di Lombok. Semoga musibah yang melanda dapat jadi renungan diri, bahwa insan tak layak melangit. Karena di atas langit masih terdapat langit, Tuhan hanya sedikit menegur, supaya hamba-Nya berbenah. Wallahu a'lam.
Comments
Post a Comment