Demi Kecantikan, Mereka Memanjangkan Tengkoraknya Sendiri Sejak Masih Bayi!
Demi Kecantikan, Mereka Memanjangkan Tengkoraknya Sendiri Sejak Masih Bayi!
Kecantikan ialah hal yang paling didambakan oleh semua wanita di dunia, maka tidak heran bila tidak sedikit wanita yang rela melakukan apa saja demi tampak cantik dan menarik, dari mulai merogoh kocek hingga ratusan juta sampai mengorbankan kesehatannya sendiri, apapun mereka lakukan.
Tapi seperti yang anda tahu bahwa cantik tersebut relatif, dengan kata lain tidak semua keelokan itu di anggap sama, ada yang memandang bahwa cantik tersebut harus bertubuh seramping mungkin, tetapi banyak pula yang justru berasumsi sebaliknya. Hal ini ternyata telah berlaku semenjak ribuan tahun yang lalu, di setiap kemajuan di dunia mempunyai definisinya tersendiri mengenai kecantikan, contohnya seperti yang berlaku pada suku Mangbetu yang menempati wilayah Orientale di bagian utara Kongo, Afrika Tengah
Mereka tak berbeda dengan suku-suku di terpencil Afrika lainnya, berkulit hitam dan hidup dengan berternak atau berburu. Tapi terdapat satu karakteristik yang membedakan mereka dengan suku lainnya yaitu bentuk kepala mereka yang memanjang keatas atau lonjong. Hal ini sebetulnya bukan sebuah kelainan bentuk fisik yang tejadi secara alami, mereka memang sengaja memanjangkan bentuk tengkoraknya sedemikian rupa sampai akhirnya berbentuk seperti itu.
Mereka menyebutnya sebagai 'Lipombo', tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun, khususnya untuk para wanita. Sejak mereka baru berumur satu bulan, semua orang tuanya bakal membelit kepala mereka memakai kain sampai-sampai tulang tengkorak mereka yang masih empuk saat bayi, saat tumbuh dewasa menjadi lonjong.
Alasan dibalik tradisi ini ialah supaya mereka tampak cantik dimata semua pria suku Mangbetu, mereka percaya, semakin lonjong bentuk kepalanya, semakin cantik pula mereka dihadapan pria. Menurut sejumlah ahli, tradisi Lipombo sudah dilaksanakan oleh orang-orang suku Mangbetu jauh sebelum abad ke-17, lantas pada tahun 1950'an saat koloni Belgia menginjak wilayah Kongo, mereka sempat tidak mengizinkan siapapun untuk mengerjakan hal ini lagi, dengan alasan bisa menyakiti bayi-bayi mereka. Walaupun begitu, hingga hari ini masih ada sebagian kecil orang-orang Mangbetu yang tetap menjaga tradisi Lipombo ini.
Kecantikan ialah hal yang paling didambakan oleh semua wanita di dunia, maka tidak heran bila tidak sedikit wanita yang rela melakukan apa saja demi tampak cantik dan menarik, dari mulai merogoh kocek hingga ratusan juta sampai mengorbankan kesehatannya sendiri, apapun mereka lakukan.
Tapi seperti yang anda tahu bahwa cantik tersebut relatif, dengan kata lain tidak semua keelokan itu di anggap sama, ada yang memandang bahwa cantik tersebut harus bertubuh seramping mungkin, tetapi banyak pula yang justru berasumsi sebaliknya. Hal ini ternyata telah berlaku semenjak ribuan tahun yang lalu, di setiap kemajuan di dunia mempunyai definisinya tersendiri mengenai kecantikan, contohnya seperti yang berlaku pada suku Mangbetu yang menempati wilayah Orientale di bagian utara Kongo, Afrika Tengah
Mereka tak berbeda dengan suku-suku di terpencil Afrika lainnya, berkulit hitam dan hidup dengan berternak atau berburu. Tapi terdapat satu karakteristik yang membedakan mereka dengan suku lainnya yaitu bentuk kepala mereka yang memanjang keatas atau lonjong. Hal ini sebetulnya bukan sebuah kelainan bentuk fisik yang tejadi secara alami, mereka memang sengaja memanjangkan bentuk tengkoraknya sedemikian rupa sampai akhirnya berbentuk seperti itu.
Mereka menyebutnya sebagai 'Lipombo', tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun, khususnya untuk para wanita. Sejak mereka baru berumur satu bulan, semua orang tuanya bakal membelit kepala mereka memakai kain sampai-sampai tulang tengkorak mereka yang masih empuk saat bayi, saat tumbuh dewasa menjadi lonjong.
Alasan dibalik tradisi ini ialah supaya mereka tampak cantik dimata semua pria suku Mangbetu, mereka percaya, semakin lonjong bentuk kepalanya, semakin cantik pula mereka dihadapan pria. Menurut sejumlah ahli, tradisi Lipombo sudah dilaksanakan oleh orang-orang suku Mangbetu jauh sebelum abad ke-17, lantas pada tahun 1950'an saat koloni Belgia menginjak wilayah Kongo, mereka sempat tidak mengizinkan siapapun untuk mengerjakan hal ini lagi, dengan alasan bisa menyakiti bayi-bayi mereka. Walaupun begitu, hingga hari ini masih ada sebagian kecil orang-orang Mangbetu yang tetap menjaga tradisi Lipombo ini.
Comments
Post a Comment