Beginilah Ratapan Pilu Anak Punk
Beginilah Ratapan Pilu Anak Punk
Anak punk di Indonesia telah mendapat citra buruk dari masyarakat. Mereka dirasakan sebagai gerombolan anak-anak badung berpakaian lusuh yang hidup bebas di jalanan. Biasanya mereka suka menghadiri pertandingan sepak bola atau konser musik rock.Jika kita lihat di jalan, tidak sedikit sekali anak punk yang umurnya masih belia. Rata-rata dari mereka memang masih remaja dan belum bekerja. Mereka pun hidup masih ketergantungan sama kedua orang tuanya.

Karena prilaku mereka yang nekat, seperti suka melompat ke mobil truk, mabuk-mabukan dan identik dengan pergaulan bebas, masyarakat juga mencap anak punk sebagai kumpulan anak-anak badung yang dirasakan agresif.Ya, tidak sedikit masyarakat berpikir demikian sebab melihat mereka dengan mata lahir. Pakaiannya yang lusuh, rambutnya yang tidak rapih dan berwarna, jadi gambaran prilaku mereka yang dirasakan buruk.
Tapi andai kita mencoba mengetahui perasaan mereka dan mengapa mereka dapat menjadi seperti itu, barangkali hati anda akan tersentuh.
Mereka ialah anak-anak polos yang masih memerlukan perhatian dan bimbingan. Entah mengapa mereka jadi seperti itu, apakah sebab pergaulan, gaya-gayaan atau memang tidak cukup mendapat perhatian dari orang tuanya.Mungkin saja mereka merasa tidak nyaman di rumah sebab kedua orang tuanya tidak pernah memberikan kasih sayang yang cukup. Orang tuanya barangkali terlalu sibuk bekerja, sering cekcok atau terlampau keras dalam mendidiknya.
Di lokasi tinggal pun terasa seperti di neraka. Setiap kali membukakan mata, yang ada hanyalah air mata kesepian. Ada orang tua namun tidak terdapat cinta, yang terdapat hanyalah derita.Setiap kali memandang jendela, tampak anak-anak lain hidup bahagia dan tertawa bareng kedua orangtuanya. Sedangkan dirinya hanya dapat berkata, semua itu hanyalah mimpi bagiku. Sudah tidak terdapat lagi kebahagiaan di dalam rumah.
Mungkin begitulah sekilas mengenai kehidupan individu anak punk. Mereka tidak mengejar kebahagaiaan di dalam rumah, lalu menyimpulkan untuk menggali kebahagiaan di jalanan.
Kemudian mereka bertemu dengan orang-orang yang nasib hidupnya serupa.
Di sanalah mereka mulai mendapat kenyamanan sebab teman-temannya dapat memahami perasaannya. Di sana pula mereka mendapat perhatian yang tidak pernah diberikan orang tuanya. Untuk mereka, hidup di jalanan lebih bahagia ketimbang hidup di dalam istana yang hampa.
Oleh karena itu anak-anak punk paling setiakawan sebab mereka tahu betul alangkah berharganya cinta dan kasih sayang.Hanya saja mereka salah memilih jalan hidup yang dikarenakan kurangnya bimbingan dan didikan. Tak heran andai mereka suka melakukan sesuatu yang berlebihan.
Tidak sepenuhnya kenakalan anak punk tersebut salah mereka, namun kedua orang tua merekalah yang telah gagal mendidik mereka. Anak punk pun manusia yang sebenarnya perlu bimbingan, bukan untuk tidak dipedulikan dan ditelantarkan. Mereka pantas mendapatkan jalan hidup yang lebih baik.
Anak punk di Indonesia telah mendapat citra buruk dari masyarakat. Mereka dirasakan sebagai gerombolan anak-anak badung berpakaian lusuh yang hidup bebas di jalanan. Biasanya mereka suka menghadiri pertandingan sepak bola atau konser musik rock.Jika kita lihat di jalan, tidak sedikit sekali anak punk yang umurnya masih belia. Rata-rata dari mereka memang masih remaja dan belum bekerja. Mereka pun hidup masih ketergantungan sama kedua orang tuanya.
Karena prilaku mereka yang nekat, seperti suka melompat ke mobil truk, mabuk-mabukan dan identik dengan pergaulan bebas, masyarakat juga mencap anak punk sebagai kumpulan anak-anak badung yang dirasakan agresif.Ya, tidak sedikit masyarakat berpikir demikian sebab melihat mereka dengan mata lahir. Pakaiannya yang lusuh, rambutnya yang tidak rapih dan berwarna, jadi gambaran prilaku mereka yang dirasakan buruk.
Tapi andai kita mencoba mengetahui perasaan mereka dan mengapa mereka dapat menjadi seperti itu, barangkali hati anda akan tersentuh.
Mereka ialah anak-anak polos yang masih memerlukan perhatian dan bimbingan. Entah mengapa mereka jadi seperti itu, apakah sebab pergaulan, gaya-gayaan atau memang tidak cukup mendapat perhatian dari orang tuanya.Mungkin saja mereka merasa tidak nyaman di rumah sebab kedua orang tuanya tidak pernah memberikan kasih sayang yang cukup. Orang tuanya barangkali terlalu sibuk bekerja, sering cekcok atau terlampau keras dalam mendidiknya.
Di lokasi tinggal pun terasa seperti di neraka. Setiap kali membukakan mata, yang ada hanyalah air mata kesepian. Ada orang tua namun tidak terdapat cinta, yang terdapat hanyalah derita.Setiap kali memandang jendela, tampak anak-anak lain hidup bahagia dan tertawa bareng kedua orangtuanya. Sedangkan dirinya hanya dapat berkata, semua itu hanyalah mimpi bagiku. Sudah tidak terdapat lagi kebahagiaan di dalam rumah.
Mungkin begitulah sekilas mengenai kehidupan individu anak punk. Mereka tidak mengejar kebahagaiaan di dalam rumah, lalu menyimpulkan untuk menggali kebahagiaan di jalanan.
Kemudian mereka bertemu dengan orang-orang yang nasib hidupnya serupa.
Di sanalah mereka mulai mendapat kenyamanan sebab teman-temannya dapat memahami perasaannya. Di sana pula mereka mendapat perhatian yang tidak pernah diberikan orang tuanya. Untuk mereka, hidup di jalanan lebih bahagia ketimbang hidup di dalam istana yang hampa.
Oleh karena itu anak-anak punk paling setiakawan sebab mereka tahu betul alangkah berharganya cinta dan kasih sayang.Hanya saja mereka salah memilih jalan hidup yang dikarenakan kurangnya bimbingan dan didikan. Tak heran andai mereka suka melakukan sesuatu yang berlebihan.
Tidak sepenuhnya kenakalan anak punk tersebut salah mereka, namun kedua orang tua merekalah yang telah gagal mendidik mereka. Anak punk pun manusia yang sebenarnya perlu bimbingan, bukan untuk tidak dipedulikan dan ditelantarkan. Mereka pantas mendapatkan jalan hidup yang lebih baik.
Comments
Post a Comment