Kisah Awal Jeleknya Reputasi Sang ‘Micin’

Kisah Awal Jeleknya Reputasi Sang ‘Micin’

Entah guna maksud serius atau sekedar candaan saja, Sahabat Boombastis tentu sering mendengar bahwa micin dapat membuat seseorang menjadi bodoh. Bahkan, anak-anak badung yang perilakunya masuk kelompok kurang ajar pun dinamakan sebagai ‘generasi micin’. Tapi, pernahkah kamu beranggapan apakah memang micin dapat membuat benak menjadi tumpul?



Fakta bahwa micin menjadi bahan cibiran dan dikutuk tidak sedikit orang ialah hal yang sudah paling lumrah. Beberapa tempat santap bahkan hingga melabeli produk mereka dengan ‘No MSG’. Nah, sebelum kamu beranggapan dan menjudge macam-macam, terdapat baiknya anda mengetahui kenyataan reputasi micin di dunia.

Pertama kali ditemukan oleh professor di Jepang

Micin mempunyai nama Monosodium Glutamat (MSG). Pertama kali ia dibuat oleh seorang professor yang mempunyai nama Kikunae Ikeda pada 1908. Ia sendiri terinspirasi membuat micin sebab masakan istrinya yang paling lezat. Setelah ditanya, ia memakai rumput laut sebagai kaldu alami. Melalui penelitiannya, ia menambahkan natrium untuk mengolah larutan menjadi bubuk penyedap.
\
Ajinomoto yang menjadi brand  kesatu

Penemuan ini kesudahannya membuahkan hasil. Profesor Kikunae Ikeda lantas mematenkannya dan memberi nama Ajinomoto, itulah bila dulu anda lebih sering mengejar micin dengan nama Ajinomoto. Yang perlu anda tau, kandungan glutamat (yang dinamakan rasa ke 5) yang terdapat di micin tersebut juga terdapat dalam jamur kering, keju, tomat, kecap, buah dan sayur, bahkan ASI. Nah, terbukti kan glutamat buat sehat, apakah masih inginkan menyalahkan micin?

Citra buruk micin menjadi buruk pada tahun 1968

Ternyata, kutukan yang dicantumkan padanya baru terjadi pada tahun 1968. Seorang professor mempunyai nama Dr. Ho Man Kwok mengeluh bahwa ia sering menikmati sakit pada unsur tubuh tertentu, jantungnya berdebar, serta merasa lemas. Profesor Kwok lantas menyalahkan MSG yang sering dipakai pada restoran chinese. Ia lantas mengajukan surat ke suatu jurnal kesehatan di Inggris. Hasilnya, riset yang menyerahkan MSG ke tikus membuat fauna tersebut kerdil, gemuk, serta sejumlah bahkan mandul. Sejak ketika itulah reputasi micin menjadi jelek.
Eksperimen pada tahun 1995 memperlihatkan MSG aman dikonsumsi

Perdebatan mengenai micin lantas menyebar cepat laksana virus. Banyak restoran yang berhenti memakai penyedap ini, orang menciptakan makanan mereka tanpa mencampurnya dengan MSG, serta ia menjadi bahan olok-olokan. Lalu, pada tahun 1995, Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) Amerika membuat percobaan yang hasilnya menuliskan MSG tersebut aman guna dikonsumsi. Tetapi, menghilangkan anggapan masyarakat terhadap micin yang ‘katanya’ buat bodoh ialah hal yang lumayan sulit.

Comments

Popular posts from this blog

Filosofi Jadah dan Jenang Di Acara Pernikahan Jawa

Inilah Sungai Di Indonesia Yang Pernah Banjir Darah Dan Mayat Manusia

Benarkah punya pipi tembam membawa keberuntungan?