Tetangga Berisik Tingkatkan Risiko Gangguan Mental

Tetangga Berisik Tingkatkan Risiko Gangguan Mental

VIVA – Sangat menggangu andai punya tetangga yang paling berisik. Apalagi padatnya warga yang bermukim diperkotaan menciptakan rumah kita dan tetangga seakan tak berjarak.



Bising yang dibuat mungkin beragam, tak melulu suara musik yang disetel terlampau keras, suara kendaraan yang 'digerung' tanpa ampun, tetangga yang sedang renovasi rumah, atau barangkali saat mereka punya bayi yang menangis masing-masing malam. Membayangkannya saja lumayan melelahkan.

Bukannya tak sayang tetangga, namun tahukah kita bahwa mempunyai tetangga yang berisik ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit mental. Wow, benarkah seserius itu? Berikut ini ulasannya.

Sebuah studi mengejar bahwa bermukim di sebelah tetangga yang berisik dapat meningkatkan risiko penyakit mental dan stres parah sampai 3 kali lipat.

Temuan ini hadir setelah pertikaian tokoh rocker legendaris Jimmy Page dan tetangganya seorang bintang pop Robbie Williams. Pertengkaran tersebut dirangsang oleh kebisingan lokasi tinggal Robbie yang membangun empang renang di basement rumahnya di London.

Dilansir dari laman Daily Mail, Sebetulnya lokasi tinggal Page dan Robbie tidak saling menempel satu sama lain, tetapi Page cemas getaran yang diakibatkan galian empang renang Robbie dapat merusak interior bergaya Victoria di dalam rumahnya di jalan Kenshington.

Riset tersebut menuliskan pertengkaran serupa dapat memicu masalah kesehatan mental yang serius untuk ratusan orang.

University of Southern Denmark, di Copenhagen, menguras tiga tahun guna mempelajari lebih dari 7.000 warga, mayoritas tinggal di apartemen tinggi, lantas menanyakan tingkat kebisingan dan kedudukan kesehatan mental mereka.

Warga yang menuliskan mempunyai tetangga yang berisik mempunyai risiko 2,5 kali lebih tinggi merasakan depresi dan kecemasan, dan jampir tiga kali berkesempatan mempunyai skor yang tinggi dalam tingkat stresnya.

Pesta tengah malam dan musik yang keras disebutkan sebagai pengganggu telingan yang sangat umum. Tapi, kebisingan dari kegiatan bangunan pun menjadi katalisator besar.

Polling tersebut pun menemukan bahwa 40 persen warga merasakan stres dampak pertengkaran dan 1 salah satu 10 pertikaian selesai dengan kekerasan. Dalam laporan hasil penelitian tersebut, yang dipublikasikan di European Journal of Public Health, semua peneliti mengatakan, "Paparan suara merupakan hal risiko sekian banyak  dampak kesehatan yang merusak."

"Ada hubungan yang powerful antara gangguan suara dan kesehatan mental yang buruk, dan stres yang tinggi," lanjut laporan tersebut.

Sebuah studi tahun 2016 mengungkapkan, 2/3 empunya rumah di Inggris merasa kehidupan mereka dirusak oleh tetangga. Dan studi lainnya mengatakan, tetangga yang berisiko dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

"Ketegangan yang terus menumpuk sebab tetangga dapat memicu kegelisahan dan depresi. Cara terbaik guna mengatasinya ialah dengan mengupayakan mengambil kendali, yakni menuliskan ketidaknyamanan Anda untuk tetangga," ujar Cary Cooper, seorang profesor psikologi di Manchester Business School.

Comments

Popular posts from this blog

Filosofi Jadah dan Jenang Di Acara Pernikahan Jawa

Kenapa Sisi Kiri Wajah Lebih Bagus bikin Selfie?